Sabtu, 04 Juli 2009

Agribisnis dan Dunia Pertanian Kita


 
Sudah menjadi rahasia umum bahwa dunia pertanian kita dari waktu kewaktu tidak mengalami perkembangan yang signifikan. Ini dipengaruhi oleh poladiregulasi kebijakanpemerintah yang cenderung menduakan sektor ini, di manakebijakan-kebijakan yangditetapkan sering kali tumpang tindih sehingga sangat menyulitkan dalammengimplementasikan di lapangan yangakhirnya berakibat pada lambatnyaperkembangansektor ini.
Dunia pertanian kita hingga saat ini tidak berkembang dan bahkan cenderung ditinggalkan oleh rakyat. Mandeknya sektor pertanian ini berakar pada terlaluberpihaknya pemerintahterhadap sektor industri sejak pertengahan tahun 1980-an.
Pada dekade sebelumnya terjadi peningkatan yang luar biasa pada sektor pertanian.
 
Pemerintah menganggap pembangunan pertanian dapat bergulir atau berjalandengan sendirinya, asumsi ini membuat pemerintah mengacuhkan pertanian dalamstrategipembangunannya.
Sebetulnya hal ini tidak terlepas dari paradigma pembangunan saat ituyang lebihmenekankan pada industrialisasi. Pemerintah mencurahkan perhatiannyapada sektor
industri, yang kemudian diterjemahkan kedalam berbagai kebijakan proteksi yang sistematis, di mana secara sadar atau tidak proteksi ini telahmerapuhkan basispertanian pada tingkat petani.
Selain dari hal tersebut diatas, sebetulnya "fenomena" mengenai kemunduran dunia pertanian kita adalah,


Pertama, petani menganggap sektor pertanian tidaklagi menjadi"primadona" dan tidak menjanjikan. Pendapatan atau penghasilandari sektor pertaniantidak memadai, dimana harga jual sangat rendah sementara biaya produksisangat tinggi.
Sebetulnya hal ini terjadi karena kelemahan kebijakan pemerintah mulai dari penyediaan pupuk, pembelian gabah dan penerapan harga pembelian pemerintah (HPP),
distribusi beras maupun pengelolaan agribisnis. Pada setiap lini baik dari hulu sampai hilar tidak berjalan sistematis sehingga banyak ketimpangan-ketimpangan dalam
mengimplemetasikan kebijakan tersebut. Lingkaran inilah yang membuat sektor pertanian tidak menguntungkan secara ekonomi, karena menimbulkan ekonomi biaya tinggi dalam proses
produksinya.



Kedua,
pemasaran produk (product of marketing) pertanian sangat terbatas, faktor utama dalam pertanian adalah pemasaran, karena saat ini pasar sangat terbatasdalam menerimaproduk hasil pertanian selain itu juga hanya produk-produk tertentu daripertanian bisadiserap pasar.
Kebanyakan petani kita tidak memahami konsep pemasaran produk, sehingga petani kesulitan dalam memasarkan produk-produk pertanian yang akhirnya membuat hargatidak stabil atau
tidak menguntungkan.



Ketiga,
lahan pertanian semakin sempit, selama ini banyak lahan pertanian disulap menjadi lahan industri dan lahan perumahan (realestate). Hal inidisebabkan karenabanyak petani yang menjual lahan pertaniannya karena menganggappertanian sudah tidaklagi bisa menjadi "sandaran" hidup atau tidak lagi menjanjikan.Sehingga petani tergiurkeuntungan sesaat tanpa mempertimbangkan dampak yang terjadi setelahpenjualan tanahtersebut.
Keempat, kurangnya "penelitian" (research) yang dilakukan terhadap pertanian maupun produk pertanian, baik oleh pemerintah maupun institusi-institusiterkait sepertilembaga-lembaga pendidikan tinggi sehingga pertanian berjalan monotondan produkpertanian tidak bervariasi. Ini merupakan problematika mendasar daripola kebijakanpemerintah terhadap dunia pertanian, dimana tidak adanya kebijakanpemerintah yangmerangsang berkembangnya institusi atau lembaga-lembaga penelitianpertanian.
Kelima, kurangnya dukungan "finansial" bagi dunia pertanian,selama ini bank sebagai pemegang otoritas keuangan baik bank pemerintah maupun swasta kurangsekali dalammengucurkan kredit bagi usaha-usaha pertanian sehingga pertanian sulituntuk berkembangkarena kesulitan finansial. Selama pihak perbankan masih belumsepenuhnya percayaterhadap dunia pertanian, maka dengan sendirinya dunia pertanian kitatidak berkembang.
Faktor-faktor tersebut menjadi "fenomena" tersendiri dari dunia pertanian kita, selama ini pertanian dianggap sebagai "anak tiri" oleh pemerintahsehingga belum bisaberkembang dan maju. Pemerintah terlalu berpihak pada sektor industri,kebijakanpemerintah terhadap pertanian sejak tahun 1980-an cenderung terlaludistortif.
Kebijakan-kebijakan inilah yang membuat sektor pertanian tidak berkembang. Untuk itulah
diperlukan "diregulasi" kebijakan pemerintah yang"kondusif" dan "konklusif" untuk mengembangkan dan meningkatkan kualitas sektor pertanian.
Pemerintah perlu melakukan integrasi sektor pertanian dalam kebijakan makro agar tidak berat sebelah mendukung sektor industri, selain itu juga pemerintahperlu menyediakansarana dan prasarana (termasuk untuk penelitian). Subsidi tetapdiperlukan namur bukansubsidi sektoral, melainkan subsidi kelompok miskin yang kebanyakanberada dipedesaan.
 
Agribisnis
Ruang lingkup "agribisnis" tidak terlepas dari sektor pertanian, karena agribisnis merupakan langkah "taktis" lanjutan usaha untuk menaikan atau
mengembangkan nilai gunaatau manfaat lebih dari hasil pertanian.
Sektor agribisnis dalam ruang lingkup ekonomi masa kini mencakup berbagai macam usaha komersial, dengan menggunakan kombinasi "heterogen" dari tenagakerja, bahan, modal dan
teknologi. Selain itu juga agribisnis merupakan sektor perekonomian yang menghasilkan dan mendistribusikan masukan bagi para petani, dan memasarkan, memproses
serta mendistribusikan produk usaha tani kepada pengguna atau konsumen.


Sektor agribisnis merupakan lahan yang sangat "potensial" bagi pertumbuhan perekonomian nasional, karena sektor ini bisa menyerap banyak tenaga kerja, mulai
dari tingkat petani, produksi maupun tingkat pemasaran. Selama ini sektor agribisnis sangat terpinggirkan oleh sektor industri, karena dianggap sektor yang tidak
"komersial" danbelum "produktif".


Jika kita lihat potensi sumber daya alam kita serta sumber daya manusia,sangat mungkinb agi kita untuk mengembangkan serta meningkatkan kualitas sektoragribisnis. Coba kitabayangkan berapa banyak tenaga kerja yang dibutuhkan pada setiap liniyang menggerakkansektor ini, mulai dari petani sebagai kegiatan hulu, pekerja sampaitenaga pemasaranproduk.
Hal inilah yang seharusnya menjadi pertimbangan pemerintah untuk memajukan sektor agribisnis. Peningkatan pendapatan ekonomi rakyat sangat mutlakdilakukan, karena halini menunjang kelangsungan hidup rakyat khususnya dan negara padaumumnya.
Peningkatan ekonomi rakyat akan secara "linier" berpengaruh terhadap perekonomian nasional, ketika ekonomi rakyat kuat dan tinggi maka perekonomian negaraakan sangatkuat, karena secara fundamental perekonomian negara ini didukung olehperekonomianrakyat.
Sudah sepantasnya saat ini pemerintah harus berpaling pada sektor agribisnis dan pertanian dalam meningkatkan pendapatan nasional disamping ekspor minyak
bumi dan gas.Karena secara "kuantitatif" sumber daya alam sektor agribisnis sangat melimpah.Selain itu juga secara "kultural" basis ekonomi rakyat Indonesiaadalah pertanianterutama dipedesaan, oleh karena itu arah pembangunan nasional kedepan
haruslahberorientasi pada pembangunan sektor pertanian maupun sektor agribisnis yang lebihmandiri dan "kondusif". Sehingga tercipta iklim yang
konferhensif dan dinamis terhadap perkembangan pertanian dan sektor agribisnis masa depan. Memperkuat basis pertanian dansektor agribisnis akan sangat berpengaruh terhadap perekonomian rakyatyang selama initerpinggirkan, yang akhirnya berimplikasi terhadap penguatan ekonomi secara nasional
(Yayat Dinar N, Penulis adalah Staf Nuri Lestari Foundation)

Tidak ada komentar: